Halo, melalui artikel ini saya ingin berbagi cerita kepada teman-teman yang (mungkin) belum tahu dan yang memiliki pengalaman seperti saya. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
*****
Tanggal 23 April 2016 adalah tanggal yang tidak akan pernah saya lupakan. Hari itu, Sabtu, saya mengetahui bahwa saya ternyata tidak sehat. Ketika mandi, saya menemukan adanya benjolan di daerah areola, tepat di bawah puting payudara kanan. Seketika saya shock. Saya raba puting payudara kiri, ternyata kosong, tidak ada benjolan seperti di payudara kanan. Air mata saya pun langsung jatuh. Benjolan apa ini? Kanker payudara? Bagaimana kalau payudara kanan saya ternyata harus diangkat? Pikiran-pikiran negatif seketika hinggap di kepala saya. Tersentak, saya baru mengingat bahwa selama ini saya pernah mengalami rasa nyeri yang timbul hilang di bagian dada kanan saya. Saya tidak pernah menghiraukannya karena saya pikir hal yang wajar, seperti tanda-tanda akan mau menstruasi.
Setelah tahu ada benjolan di payudara, saya tidak langsung cerita kepada orang tua dan suami saya. Saya hanya termenung dan menangis diam-diam di kamar, saya takut untuk bercerita. Keesokan harinya, barulah saya berani bilang. (Sebenarnya tidak sepenuhnya saya cerita sendiri, lebih tepatnya ketahuan oleh ibu saya. Beliau bertanya apakah ada benjolan di payudara saya. Dan, busted. Saya mau tidak mau bilang iya. Seketika muka ibu saya langsung pucat. Beliau langsung panik dan bilang, "Kok kamu ndak cerita, Ya? Sejak kapan? Duh, kenapa ndak ngomong dari kemarin-kemarin? Kalau gitu, Senin kita langsung ke dokter.", berulang-ulang. Hehehe.)
Sebelum ke dokter, saya googling mengenai kanker payudara. Saya bisa sedikit bernafas lega karena ciri-cirinya tidak sesuai dengan yang saya alami. Ternyata, Fibroadenoma Mammae (FAM) lah yang ciri-cirinya sesuai. FAM sendiri adalah tumor jinak paling umum pada payudara yang mudah bergeser saat disentuh. FAM memiliki bentuk teratur padat dengan konsistensi kenyal ataupun keras dan teraba permukaannya licin. Pengidap FAM biasanya wanita berusia antara 20-30 tahun. Ukuran dari FAM beragam. Hingga kini, perkembangan FAM seringkali dikaitkan dengan hormon reproduksi. Namun penyebab munculnya FAM belum diketahui secara pasti oleh para dokter.
And, the truth revealed. Hari Senin, Tanggal 25 April 2016, saya pergi ke dokter bedah tumor (onkologi), Dr. Sentot Samiadji, Sp.B, K-Onk di RS Restu Ibu Balikpapan. Dari hasil pemeriksaan dokter, benjolan di payudara kanan saya adalah tumor jinak atau FAM berukuran sekitar 1 cm dan sudah lama ada. Hati saya langsung "nyut". Ada benda asing di tubuh saya selama ini dan saya baru sadar sekarang? How come?. Dokter pun menyuruh saya untuk USG Mammae, memastikan. Ternyata hasilnya memang FAM dengan ukuran 0,8 x 0,5 cm.
Hasil USG Mammae di RS Restu Ibu Balikpapan |
Setelah melihat hasil USG Mammae, dokter menyarankan agar benjolan tersebut diambil dengan cara operasi karena dikhawatirkan benjolan akan semakin membesar ketika saya hamil dan akan menimbulkan rasa sakit ketika saya menyusui nantinya. Saya pun langsung setuju dan segera berunding mengenai tanggal pelaksanaan operasi.
Singkat cerita, dipilihlah Hari Jumat, Tanggal 27 Mei 2016 untuk pelaksanaan operasi. Saya pun sudah menginap di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sejak Hari Kamis, Tanggal 26 Mei 2016 (Saya dianjurkan oleh dokter agar operasi di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo saja karena memiliki BPJS). Saya diarahkan untuk menyelesaikan administrasi di BPJS Center dan melakukan tes darah ditemani oleh suami. Setelah selesai, kami bersantai di kamar. Sepanjang waktu suami saya selalu menyemangati dan menenangkan saya. Tak lama, dokter anestesi datang untuk melakukan interview singkat sehubungan saya akan dibius total ketika operasi. Para perawat juga secara bergantian memantau kesehatan saya setelahnya. Malam harinya, orang tua dan adik saya datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan saya.
Hari operasi pun tiba. Saya ingat betul betapa lamanya waktu berjalan. Saya dijemput perawat dari kamar menuju ruangan operasi pukul 08.30 Wita. Setelah sampai, saya pamitan kepada suami. Ternyata saya tidak langsung masuk ke ruang operasi, melainkan menunggu dipanggil. Tiba-tiba, jantung saya berdetak lebih kencang, tangan dan kaki saya menjadi dingin-sedinginnya, muka saya pucat. Saya takut.
Setelah hampir dua jam lebih saya menunggu, sekitar pukul 11.00 Wita, akhirnya saya dipanggil. Saya berusaha menenangkan diri dengan berdoa dan mensugesti pikiran bahwa semua akan baik-baik saja. Saya juga mengingat obrolan saya dan orang tua saya di telepon sejam sebelumnya, beliau berdua meyakinkan saya bahwa operasi akan berjalan lancar dan saya akan segera sembuh (Kedua orang tua saya tidak dapat menemani ketika operasi karena sedang dinas luar). Perlahan, saya semakin tenang dan siap untuk dioperasi. Dengan cekatan dokter mengantar saya menuju ruang bedah operasi. Seketika bau alkohol dan hawa dingin menyergap. Inilah saatnya, Bismillah, batin saya. Setelah berbaring dan diajak mengobrol oleh dokter-dokter di ruangan bedah, cairan bius terasa mengalir ke tubuh saya. Dan, saya pun tidak sadarkan diri.
Tepat pukul 12.00 Wita, saya terbangun. Perlahan kesadaran saya kembali. Alhamdulillah, operasi berhasil dan berjalan lancar. Saya melihat sekeliling ruangan, ternyata saya sudah berada di ruang pulih sadar. Yang saya rasakan pertama kali adalah rasa nyeri seperti disayat di bagian payudara kanan saya. Saya hanya bisa mengatur nafas sedemikian rupa untuk menahan rasa nyerinya. Perlahan, rasa nyerinya berangsur menghilang.
Satu setengah jam kemudian, perawat memindahkan saya ke ranjang lain untuk diantar ke kamar. Pintu ruang pulih sadar terbuka dan saya bisa melihat wajah-wajah yang saya kenal, suami dan teman kantor saya (Terima kasih banyak atas semua doanya). Wajah suami saya langsung sumringah begitu melihat saya sudah sadar (Ternyata, dari pihak rumah sakit tidak memberitahukan kepada suami saya bahwa saya baru dioperasi pukul 11.00 Wita. Bayangkan suami saya harus menunggu selama kurang lebih lima jam di luar, tidak tahu apa-apa mengenai kondisi saya di dalam. Padahal selama dua jam lebih, saya pun juga menunggu dipanggil di dalam. Terlebih, pasien yang datangnya setelah saya, malah keluar ruang pulih sadar lebih cepat daripada saya. Tambahlah suami saya semakin khawatir. Semoga kedepannya pihak rumah sakit dapat memberitahukan kepada keluarga pasien agar tidak ada lagi kejadian seperti yang suami saya alami).
Memang benar kalau pikiran kita positif, secara otomatis semuanya pun akan terasa positif, termasuk tubuh kita sendiri. Saya berusaha dari awal menanamkan sugesti positif di kepala saya. Saya ikhlas dan berserah kepada Allah SWT. Semua ini saya lakukan untuk kesehatan saya sendiri. Ajaibnya, ketika saya sudah berada di kamar, saya bisa turun sendiri dari ranjang ruang pulih sadar, berjalan tanpa dipapah oleh siapapun menuju ranjang yang ada di kamar. Perawat yang mengantar pun sampai takjub ketika melihat saya. Saya juga bisa langsung mengoceh, duduk dan jalan-jalan di kamar dan lorong rumah sakit layaknya orang sehat. Tidak ada rasa pusing, mengantuk atau capek sama sekali. Nafsu makan saya pun normal. Tubuh saya seolah-olah menegaskan bahwa keadaan saya baik-baik saja dan saya sudah sadar total.
Mengingat beberapa jam yang lalu saya masih terbaring di ruang operasi, saya tak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih banyak. Malamnya, orang tua dan adik saya datang. Ibu saya pun takjub melihat kondisi saya yang sehat wal'afiat, seperti orang yang tidak dioperasi. Dipikiran beliau, saya tidak bisa bangun dari tempat tidur dan hanya berbaring di tempat tidur saja. Saya hanya tertawa melihat wajah terkejut beliau.
Hari Sabtu, Tanggal 28 Mei 2016, saya diperbolehkan untuk pulang ke rumah (Sampai saya pulang pun, saya tidak bisa melihat benjolan yang diambil dari payudara saya karena sudah keburu diantar ke laboratorium. Hiks, padahal saya penasaran..). Saya diingatkan untuk kembali ke dokter untuk melepas drain dan jahitan. Hasil patologi anatomi dari laboratorium pun menunjukkan bahwa tumor di payudara saya adalah tumor jinak, tidak berbahaya (Hore!). Sampai sekarang, saya masih kontrol ke dokter karena masih ada daerah yang kosong di bekas drain operasi, belum sempurna pertumbuhan jaringan ototnya. Karena saya awam, saya hanya manggut-manggut saja. Kasarnya, jahitan kemarin tidak menutup sempurna di daerah bekas drain, sehingga menyisakan bolongan. Alhasil harus dipasang tampon lagi untuk memperkecil bolongannya. (Jangan dibayangin ya. Pasti akan bergidik sendiri. Hahahaha..).
Jadi, sekarang kegiatan saya bertambah. Pagi hari dan sore hari, saya harus menyuntik obat cair ke tampon di daerah bekas drain operasi dan mengganti kasa luarnya. Saya bolak-balik ke rumah sakit untuk kontrol tiap dua hari sekali (Alhamdulillah, sekarang hanya tiap tiga hari sekali). Tidak lupa juga saya harus meminum obat antibiotik dan vitamin guna mempercepat pertumbuhan jaringan otot. Saya benar-benar menjalaninya dengan semangat dan bahagia karena saya seperti mendapatkan pengalaman hidup yang baru, mengajarkan saya untuk selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.
Masih bisa senyum-senyum sebelum operasi |
Hari operasi pun tiba. Saya ingat betul betapa lamanya waktu berjalan. Saya dijemput perawat dari kamar menuju ruangan operasi pukul 08.30 Wita. Setelah sampai, saya pamitan kepada suami. Ternyata saya tidak langsung masuk ke ruang operasi, melainkan menunggu dipanggil. Tiba-tiba, jantung saya berdetak lebih kencang, tangan dan kaki saya menjadi dingin-sedinginnya, muka saya pucat. Saya takut.
Setelah hampir dua jam lebih saya menunggu, sekitar pukul 11.00 Wita, akhirnya saya dipanggil. Saya berusaha menenangkan diri dengan berdoa dan mensugesti pikiran bahwa semua akan baik-baik saja. Saya juga mengingat obrolan saya dan orang tua saya di telepon sejam sebelumnya, beliau berdua meyakinkan saya bahwa operasi akan berjalan lancar dan saya akan segera sembuh (Kedua orang tua saya tidak dapat menemani ketika operasi karena sedang dinas luar). Perlahan, saya semakin tenang dan siap untuk dioperasi. Dengan cekatan dokter mengantar saya menuju ruang bedah operasi. Seketika bau alkohol dan hawa dingin menyergap. Inilah saatnya, Bismillah, batin saya. Setelah berbaring dan diajak mengobrol oleh dokter-dokter di ruangan bedah, cairan bius terasa mengalir ke tubuh saya. Dan, saya pun tidak sadarkan diri.
Tepat pukul 12.00 Wita, saya terbangun. Perlahan kesadaran saya kembali. Alhamdulillah, operasi berhasil dan berjalan lancar. Saya melihat sekeliling ruangan, ternyata saya sudah berada di ruang pulih sadar. Yang saya rasakan pertama kali adalah rasa nyeri seperti disayat di bagian payudara kanan saya. Saya hanya bisa mengatur nafas sedemikian rupa untuk menahan rasa nyerinya. Perlahan, rasa nyerinya berangsur menghilang.
Satu setengah jam kemudian, perawat memindahkan saya ke ranjang lain untuk diantar ke kamar. Pintu ruang pulih sadar terbuka dan saya bisa melihat wajah-wajah yang saya kenal, suami dan teman kantor saya (Terima kasih banyak atas semua doanya). Wajah suami saya langsung sumringah begitu melihat saya sudah sadar (Ternyata, dari pihak rumah sakit tidak memberitahukan kepada suami saya bahwa saya baru dioperasi pukul 11.00 Wita. Bayangkan suami saya harus menunggu selama kurang lebih lima jam di luar, tidak tahu apa-apa mengenai kondisi saya di dalam. Padahal selama dua jam lebih, saya pun juga menunggu dipanggil di dalam. Terlebih, pasien yang datangnya setelah saya, malah keluar ruang pulih sadar lebih cepat daripada saya. Tambahlah suami saya semakin khawatir. Semoga kedepannya pihak rumah sakit dapat memberitahukan kepada keluarga pasien agar tidak ada lagi kejadian seperti yang suami saya alami).
Memang benar kalau pikiran kita positif, secara otomatis semuanya pun akan terasa positif, termasuk tubuh kita sendiri. Saya berusaha dari awal menanamkan sugesti positif di kepala saya. Saya ikhlas dan berserah kepada Allah SWT. Semua ini saya lakukan untuk kesehatan saya sendiri. Ajaibnya, ketika saya sudah berada di kamar, saya bisa turun sendiri dari ranjang ruang pulih sadar, berjalan tanpa dipapah oleh siapapun menuju ranjang yang ada di kamar. Perawat yang mengantar pun sampai takjub ketika melihat saya. Saya juga bisa langsung mengoceh, duduk dan jalan-jalan di kamar dan lorong rumah sakit layaknya orang sehat. Tidak ada rasa pusing, mengantuk atau capek sama sekali. Nafsu makan saya pun normal. Tubuh saya seolah-olah menegaskan bahwa keadaan saya baik-baik saja dan saya sudah sadar total.
Mengingat beberapa jam yang lalu saya masih terbaring di ruang operasi, saya tak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih banyak. Malamnya, orang tua dan adik saya datang. Ibu saya pun takjub melihat kondisi saya yang sehat wal'afiat, seperti orang yang tidak dioperasi. Dipikiran beliau, saya tidak bisa bangun dari tempat tidur dan hanya berbaring di tempat tidur saja. Saya hanya tertawa melihat wajah terkejut beliau.
Hari Sabtu, Tanggal 28 Mei 2016, saya diperbolehkan untuk pulang ke rumah (Sampai saya pulang pun, saya tidak bisa melihat benjolan yang diambil dari payudara saya karena sudah keburu diantar ke laboratorium. Hiks, padahal saya penasaran..). Saya diingatkan untuk kembali ke dokter untuk melepas drain dan jahitan. Hasil patologi anatomi dari laboratorium pun menunjukkan bahwa tumor di payudara saya adalah tumor jinak, tidak berbahaya (Hore!). Sampai sekarang, saya masih kontrol ke dokter karena masih ada daerah yang kosong di bekas drain operasi, belum sempurna pertumbuhan jaringan ototnya. Karena saya awam, saya hanya manggut-manggut saja. Kasarnya, jahitan kemarin tidak menutup sempurna di daerah bekas drain, sehingga menyisakan bolongan. Alhasil harus dipasang tampon lagi untuk memperkecil bolongannya. (Jangan dibayangin ya. Pasti akan bergidik sendiri. Hahahaha..).
Jadi, sekarang kegiatan saya bertambah. Pagi hari dan sore hari, saya harus menyuntik obat cair ke tampon di daerah bekas drain operasi dan mengganti kasa luarnya. Saya bolak-balik ke rumah sakit untuk kontrol tiap dua hari sekali (Alhamdulillah, sekarang hanya tiap tiga hari sekali). Tidak lupa juga saya harus meminum obat antibiotik dan vitamin guna mempercepat pertumbuhan jaringan otot. Saya benar-benar menjalaninya dengan semangat dan bahagia karena saya seperti mendapatkan pengalaman hidup yang baru, mengajarkan saya untuk selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.
The point is if you ever feel anything abnormal in your chest, please get yourself checked as soon as possible. I thought I was healthy, but you really never know. Mulailah dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah beberapa hari setelah periode menstruasi berakhir. Untuk tutorial SADARI yang benar bisa dilihat di Youtube. Saya mengakui bahwa selama ini ternyata saya salah dalam melakukan SADARI. Hehe..
Step by step Periksa Payudara Sendiri (SADARI) |
Dan yang terpenting adalah jangan pernah takut untuk bercerita apabila menemukan hal yang janggal. Berbicaralah kepada orang terdekat seperti ibu atau suami. Segera periksa ke dokter onkologi, jangan ditunda-tunda. Semakin cepat periksa, semakin cepat juga diketahui penyakitnya. Untuk masalah operasi, biasanya dokter akan menanyakan kembali ke pasien, apakah siap dioperasi atau tidak (Saran saya, apabila ada benjolan sebaiknya harus diambil. Meskipun termasuk jinak, tetapi benjolan tersebut bisa terus tumbuh dan bertambah besar. Tidak memungkiri akan menjadi ganas apabila dibiarkan begitu saja). Sebisa mungkin kurangi gorengan, fast food, junk food dan msg (Ini nih yang susah. Hahaha..), perbanyak sayur dan buah. Jangan lupa juga untuk rajin berolahraga. Last, may what I shared can be useful for you. Thank you!